Kamis, 07 Maret 2013

Gugun Blues Shelter Menembus Amerika Serikat



Gugun Blues Shelter Menembus Amerika Serikat 

  Gugun Blues Shelter Menembus Amerika Serikat
Gugun Blues Shelter (dari kiri): Jono, Gugun, dan Bowie

 JAKARTA, KOMPAS.com — Grup band indie beraliran blues rock, Gugun Blues Shelter, siap menggelar tur di Amerika Serikat. Besok, Jumat (9/11/2012), para personel Gugun Blues Shelter  siap menggelar jumpa pers di Rolling Stone Café, Kemang, Jakarta Selatan, mulai pukul 09.30.  
 


Rencana tur Amerika Serikat (AS) tersebut sebelumnya pernah diungkapkan penggebuk drum Gugun Blues Shelter (GBS), Aditya Wibowo (Bowie). Akan tetapi, saat itu belum ada kepastian mengenai jadwal keberangkatan mereka.    

 Hal serupa diungkapkan oleh Gugun, vokalis GBS. Informasi mengenai kepastian rencana tur AS baru diberikan pada Kamis pagi tadi melalui pesan pendek di telepon genggam dan Twitter.   
 GBS sebelumnya kerap menggelar tur di Inggris. Salah satu panggung terbesar GBS adalah saat tampil di acara Hard Rock Calling 2011 di Hyde Park London.

 GBS yang juga diawaki oleh Jon Armstrong, pembetot bas, ini tampil sebagai satu-satunya band asal Asia di hadapan 7.000 penonton.     

 Go international memang menjadi mimpi trio GBS. Selain kerap menggelar tur di luar negeri, pada tahun 2010, GBS sukses menelorkan album di bawah naungan perusahaan rekaman asal AS, Grooveyard. Nama yang dipakai di pasar internasional adalah Gugun Power Trio. 
  
 "Alasan kami untuk lebih berkembang secara internasional karena kami sadar, sebesar apa pun band di Indonesia, apalagi untuk musik yang GBS mainkan, tidak akan pernah menjadi mainstream. Oleh sebab itu, kami sudah set dari awal kalau band ini harus sukses di luar negeri. Perkara sukses di Indonesia itu hanya bonus dari kerja keras kami as a team (sebagaitim)," papar Bowie.  Perjuangan GBS membuka pasar internasional berlangsung mulai 2004 hingga tahun 2010.  "Tahun 2010, kami mulai bermain di panggung-panggung besar dengan band-band luar biasa di luar negeri," tutur Bowie. 
  
Kendala terbesar, ujar Bowie, adalah soal visa, workpermit (izin bekerja), dan sponsorship. "Jadi, selama kami tur di luar negeri, kecuali yang Hard Rock Calling, kami selalu menggunakan biaya sendiri, dari tiket pesawat sampai biaya hidup di luar negeri. Itu semua kami lakukan karena kami yakin sekali GBS bisa diterima di luar negeri," ungkap Bowie.    
   
Tentang kesuksesan GBS membuka pasar internasional, Gugun menambahkan, tidak ada strategi khusus yang mereka lakukan. "Dengan adanya internet, saya rasa orang-orang dengan gampang memperkenalkan karya musik mereka mendunia. Kunci sukses kami adalah membuat musik dengan standardisasi dunia dan bersikap profesional sebagai musisi dunia," kata Gugun.

Editor :
Tjahja Gunawan Diredja



       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar